And We Have a Baby!

Baby Sulthan

Namanya Muhammad Sulthan Muktafibillah. Calon mujahid dan mujtahid yang lahir dari rahimku sendiri, pada hari Jumat 1 Mei 2015 dua menit sebelum pergantian hari menurut kalender masehi.

Skenario Allah memang terbaik, tepat dan luar biasa. Pagi itu Mas Fi datang dari Jogja. Sudah sebulan kami LDR Tulungagung Jogja dan bertemu tiap dua minggu. Sore hari perut saya sudah mulas tiap lima menit sekali. Usai maghrib kami pergi ke bidan. Naik motor, sebab mobil abi dipinjam temannya, dan abi pun sedang perjalanan pulang dari Ponorogo. Saya dicek oleh bidan dan katanya belum pembukaan, kami disuruh pulang lagi. Sekitar pukul setengah sebelas, sudah ada tanda2 akan melahirkan. Saya langsung bangunkan suami dan orangtua. Betapa MahaKuasa Allah, abi sudah datang dari Ponorogo dan mobil yang dipinjam ke Surabaya juga baru saja dikembalikan.

Kami berempat naik mobil. Begitu mobil sampai di Jalan Raya, hujan turun deras. Selama di mobil saya mengaduh aduh tak karuan setiap mulas. Perjalanan lancar sampai kami melewati perlintasan kereta api. Ada kereta yang mau lewat, tapi sungguh timingnya pas sekali, mobil kami sudah melewati perlintasan itu tepat sebelum sirine perlintasan berbunyi.

Singkat cerita sampai di bidan saya sudah pembukaan tujuh, dan sekitar satu jam kemudian bayi dapat lahir dengan normal walaupun bukan kepala bayi yang keluar duluan melainkan kedua kakinya.

Hari hari saya kemudian menjadi begitu…berbeda. Rasa bahagia memiliki bayi bercampur kelelahan mengurusnya. Ibu baru pada umumnya ternyata merasakan hal yang sama. Sejak usia 0 hingga 3 bulan bayi belum memiliki jadwal tidur. Jadi tidak heran kalau siang jadi malam, dia tidur terus padahal banyak tamu yang datang menjenguk. Dan malam jadi siang, ngajak begadang. Ibu baru banyak yang syok menghadapi situasi ini, capek, mengeluh, atau ikut menangis jika bayi menangis.

Padahal anak adalah amanah. Kita hanya perlu sedikit sabar dan sedikit bantuan dalam adaptasi ini. Saya beruntung ada ummii yang selalu bergantian berjaga, bahkan membangunkan saya kalau saya belum bangun juga padahal Sulthan sudah merengek, selalu menggantikan menggendong sambil menyuruh saya segera makan, dan lain lain. Saya juga membaca pengalaman pengalaman para ibu muda di internet. Hasilnya semakin membuat saya semangat dan memahami betapa luar biasanya menjadi ibu. Jika banyak di luar sana wanita yang tidak mau repot dengan anak anak atau menunda menikah dengan alasan belum siap dengan setumpuk tugas ibu, sesungguhnya menjadi ibu itu kebahagiaan dan merupakan tugas yang amat mulia.

#Latepost

Jogja, Nov 2015

Ummu Sulthan