apaajalah (soal ijtimai)

Suatu ketika saya cerita, dia denger percakapan dua orang akhwat…
A: Mba, temenin ke kantin dong
B: Ngapa musti ditemenin? Biasanya juga sendirian gitu..
A: Lha itu ada ikhwan. Malu e.
B: Siapa? itu kan si itong, ikhwan sepotong.
Malu itu sama ikhwan beneran, yang shalih, yang ijtima’inya terjaga, yang gadhul bashar, yang juga malu en ngehormatin kita sebagai akhwat. Ngga usah malu sama itong-itong gajebo.


X: Dia itu sudah saya anggap adik saya sendiri.
Y: Mas X juga sudah saya anggap kakak saya sendiri. Bahkan saya sudah pernah bertemu dengan orang tua mas X.
X: Kami berkomunikasi pada hal-hal penting saja, tidak berkhalwat dan tidak berikhtilat. Saya tekankan kami tidak pacaran.
Y: Saya berkomunikasi melalui orangtua mas X kok.

Pertanyaannya, apakah kakak angkat dan adik angkat itu mahram? Jelas bukan!
Mereka berdua baru saling mengangkat menjadi adik dan kakak karena dipertemukan dalam satu kondisi, aneh. Pacaran berbalut kakak-adik-angkat. Pasti selalu ada desir aneh ketika bertemu di kelas, bahkan satu organisasi. Pasti ada kecenderungan yang mengotori hatimu, hai akhi, ukhti! Dimana pemahaman kalian?
Pasti selalu ada rasa khawatir ketika salah satu sedang sakit atau ditimpa musibah. Pasti ada keinginan saling memberi makanan. Interaksi macam apa itu?

#masihadaajayangbegini,astaghfirullah.

Satu pemikiran pada “apaajalah (soal ijtimai)

Tinggalkan Balasan ke Queen of Curcol Batalkan balasan